Teknologi Terbaru 1 | Teknologi Seni Grafis Eksplorasi Kertas, Orisinal dan Eksklusif - Teknologi Terbaru 1 | Technology News 2 | News Technology 2

Breaking

About Me

Selasa, 07 Mei 2019

Teknologi Terbaru 1 | Teknologi Seni Grafis Eksplorasi Kertas, Orisinal dan Eksklusif

Teknologi Seni Grafis Eksplorasi Kertas, Orisinal dan Eksklusif

Pameran eksplorasi kertas dan seni grafis.*/WINDY EKA PRAMUDYA/PR
PAMERAN eksplorasi kertas dan seni grafis.*/WINDY EKA PRAMUDYA/PR

Jakarta, Indonesia - EMPAT sosok wanita berbusana khas Mandar, Sulawesi Selatan muncul dalam empat karya seni grafis. Sosoknya serupa tapi tak sama, sebab unsur perbedaan masing-masing gambar melulu terletak pada tata cahaya yang disematkan. 

Gambar karya Putra Wali Aco ini menjadi unsur pameran Printmaking & Paper. Berlangsung di Artspace De Braga by Artotel Jalan Braga Kota Bandung, pameran Printmaking & Paper diselenggarakan 9-31 Maret 2019. Di samping karya Aco, seniman beda yang berpameran ialah Aditya Diatmika, Dharyagita Rizal, Hardiman Adiwinata, Sigit Purnomo Adi, dan Zusfa Roihan.

Di pameran yang digagas International Printmaking and Paper Art Show (IPPAS) bareng De Braga by Artotel ini total terdapat 19 karya yang dapat diapresiasi. 

Lewat karyanya, Aco mengusung seni tradisi dari Mandar lewat busana dan kain sarung yang dikenakan objek gambarnya. Bagi menonjolkan karyanya, Aco menambahkan bagian cahaya. Alhasil, warna merah muda pada busana, dan hijau di sarung menyuguhkan komposisi warna yang cantik.

Seniman Dharyagita menciptakan tiga karya seni grafis dengan kiat linocut. Karya Daryaghita berjudul Mothers Love, Leap of Faith, dan Breeze. Pada karyanya, Daryaghita menggunakan tinta hitam di atas kertas. Pola-pola yang detail menyusun objek di masing-masing karya.

Dari Bandung, terdapat karya Zusfa Roihan yang terdiri atas tiga gambar dalam judul Views Mode. Karya Zusfa menyiratkan pesan tentang gejala digitalisasi. Karya Zusfa diciptakan dengan cat air di atas kertas.


Sekilas karya Zusfa laksana motif abstrak tak beraturan. Dia menciptakan garis hitam di atas gumpalan-gumpalan warna antara beda biru muda dan kuning. Garis-garis tersebut seperti benang kusut yang siap guna diurai.

Seniman Bali, Aditya Diatmika menciptakan karya seni grafis berjudul Kekal. Karya ini menggunakan teknik linocut. Karya Aditya mengisahkan tentang sampah plastik yang meracuni alam dan kehidupan manusia.

Gambar yang Aditya tampilkan ialah batang-batang pohon di atas tanah pekat. Di dalam tanah, ada botol plastik yang tak terurai dan tengkorak kepala manusia. Komposisi warna pekat dan oranye yang diibaratkan langit menciptakan karya ini unik perhatian.

Terdiri atas dua gambar seni grafis terdapat karya Sigit Purnomo Adi yang berjudul Art is Everyday Life. Bagi karyanya, seniman asal Solo ini menggunakan teknik silk screen. Sekilas karya Sigit laksana gambar kolase. Potongan-potongan objek yang terpisah dibulatkan dalam satu bidang.

Terakhir terdapat karya Hardiman Adiwinata yang memperlihatkan karya seni kertas (paper art). Hardiman adalahpemenang IPPAS 2018. Dia menciptakan objek gambar laksana sosok Monalisa, yang populer lewat lukisan Leonardo Da Vinci.


Director of Art Artotel Group Windy Salomo menjelaskan, salah satu karakteristik bahan kertas ialah kemampuannya guna dapat diolah menjadi kreasi artistik yang beragam. Tak melulu karya seni grafis, tapi pun untuk paper craft, atau karya seni lainnya.

Seni cetak grafis printmaking menjadi koleksi utama pameran kali ini yang memperlihatkan karya cetak dan karya di atas kertas. Karya yang dipamerkan adalahkarya enam seniman kontemporer Indonesia. 

"Karya-karya laksana ini penuh dengan proses yang memerlukan ketelitian serta rasa guna menilai hasil akhir. Pameran ini juga hendak menghadirkan peluang sekaligus memberi platform untuk menunjukkan karya cetak dan karya di atas kertas yang ketika ini masih dinilai tidak cukup untuk disejajarkan dengan karya bermedium lain, laksana kanvas," tutur Windy. 

Berdasarkan keterangan dari Windy, karya grafis dan kertas dapat disaksikan sebagai yang sangat mendasar, spontan, dan bisa dikoleksi. Soalnya, masing-masing hasil cetakan dapat dirasakan sebagai hasil karya orisinal, bukan suatu salinan. Setiap karya adalahedisi terbatas yang ditandai dengan nomor di masing-masing cetakan. 

"Di era globalisasi yang penuh dengan pengaruh seni dan kebiasaan ini, seniman kontemporer yang mengulik karya seni grafis atau media berbasis kertas lainnya tidak sedikit melakukan eksplorasi konsep dan praktik. Hal ini menyerahkan janji bakal konsistensi eksistensi karya-karya seni grafis. Di samping itu, menunjukan minat terhadap karya-karya ini guna tetap diapresiasi, dikoleksi, dan disebarluaskan," ujar Windy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar