Teknologi Terbaru | Teknologi Terbaru Robot Roti Bakar - Teknologi Terbaru 1 | Technology News 2 | News Technology 2

Breaking

About Me

Kamis, 27 Juni 2019

Teknologi Terbaru | Teknologi Terbaru Robot Roti Bakar

(ki-ka) Syahrozad Zalfa Nadi (Ocha ) dan Avicenna Roghid Putra Sidik (Ave) saat memamerkan koleksi robot karya mereka di acara Ngobrol Aja Dulu: Tech Kids Tokopedia dan Komunitas Mata Kita di Jakarta.


Teknologi Terbaru - Merakit robot yang tampak rumit ternyata tak melulu digarap orang dewasa. Nyatanya dua anak yang masih belia dapat membuat robot-robot menarik yang membawa mereka berprestasi sampai ke kancah internasional. Mereka ialah Syahrozad Zalfa Nadi (12) atau yang akrab disapa Ocha, dan adiknya, Avicenna Roghid Putra Sidik (8) yang biasa dipanggil Ave. Keduanya ialah kakak-beradik asal Pamulang, yang sama-sama menekuni dunia robotik semenjak kecil. 

Ocha mulai tertarik menciptakan robot semenjak usia sembilan tahun. Ketertarikan ini ternyata berasal dari adiknya, Ave yang saat tersebut baru berumur lima tahun. Sejak duduk di bangku taman kanak-kanak, Ave memang senang dengan permainan bongkah-bongkah laksana lego. Ia kesatu kali mengenal dunia robot-robotan dari pekerjaan ekstrakurikuler di sekolahnya. Imajinasi tinggi mereka diwujudkan dengan merakit robot. Dibantu oleh instruktur guna mengembangkan minat mereka dalam robotik.

Hingga ketika ini, Ocha dan Ave sudah membuat sejumlah jenis robot, laksana Soccer Robot, Sumo Robbot, Maze Robot, Humanoid Robot, Coding Robot, Drone, dan Creative Natural Disaster Robot. Robot "Roti Bakar" Pada acara "Mengobrol Aja Pertama # 1: Tech Kids" yang diselenggarakan oleh Tokopedia dan Komunitas Mata Kita, Sabtu (19/1/2019) di Jakarta, saudara dan saudari sepelatihan menyampaikan hadiah banyak dari karya mereka. Yang sangat menarik ialah robot mitigasi bencana yang mereka namakan "Roti Bakar". "Jangan salah dulu, ini bukan robot guna bakar roti. Tapi itu berarti "robot mitigasi gempa dan kebakaran," Ocha menjelaskan kepada sekitar 50 penonton yang hadir.


Robot ini rencananya bakal dibawa dalam persaingan International Islamic, School Robot Olympiad (IISRO) di Turki pada Mei atau Juni mendatang. "Toast" adalah mobil berbentuk robot, dilengkapi dengan beberapa sensor. Seperti sensor api yang bakal mendeteksi eksistensi api, lantas memadamkannya dengan kipas yang dipasang di atas mobil. Ada pun sensor yang bermanfaat untuk mendeteksi eksistensi manusia. "Robot ini juga bermanfaat mengurangi jumlah korban gempa dan kebakaran," papar Ocha. Di samping mendeteksi eksistensi amnusia, robot ini pun akan membunyikan alarm dan mengobarkan lampu supaya orang-orang di sekitarnya memahami kebedaraan robot tersebut. 

Syahrozad Zalfa Nadi (Ocha) dan Avicenna Roghid Putra Sidik (Ave) mendemonstrasikan robot hasil karya mereka.

"Jika orang-orang telah berkumpul, pintu di belakang ini akan tersingkap dan orang-orang bakal masuk ke unsur belakangnya," lanjut Ocha. Ocha melanjutkan andai semua orang telah aman di dalam mobil, robot ini bakal berjalan untuk terbit dari zona merah. Tak melulu itu, Ocha dan Ave pun melengkapi robot ini dengan sensor ultrasonik yang bakal mendeteksi rintangan. Sehingga, mobil robot itu tidak bakal menabrak penghalang di belakangnya dan bakal menghindari penghalang itu untuk memilih jalur yang lebih aman. Dalam menciptakan robot, Ocha dan Ave berbagi peran. Ave lebih konsentrasi pada perakitan robot yang ditolong oleh instrukturnya. Sementara Ocha bakal mengurus unsur pemrograman. 

Robot "Roti Bakar" ini dikerjakan Ocha dan Ave ketika liburan semester Desember 2018 lalu. 


Kedua siswa MI dan MTs Pembangunan UIN Jakarta ini sudah memenangi sejumlah kompetisi cipat robot skala internasional. Beberapa di antaranya ialah juara kesatu Category Creative Robot, WOnderful Indonesia Robot Challenge (WIRC), Gold Prize Category Soccer Robotic Junior, AYRO Singapore, Excellence Award Category Steam Mission, IYRC Suth Korea, dan Best ENgineering Solar Robotic STIR Malaysia. Meski membuat sejumlah robot, Ocha dan Ave tetap tidak tak sempat tugas utamanya sebagai pelajar. Mereka tetap dapat membagi waktu guna belajar, sekolah, menciptakan robot, dan berlatih taekwondo. 

Tak melulu bergelut di dunia robotik, Ocha dan Ave pun kerap mengikuti persaingan Tekwondo."Biasanya pas awal-awal ikut robotik buat (robot) di lokasi tinggal satu hingga dua jam. Tapi sesudah ada Robotic Club di sekolah, cuma bikin robot masing-masing Sabtu jam delapan hingga jam 12 aja," jelas Ocha. M Sidik Sisdiyanto, ayah Ocha dan Ave menuliskan terus mengekor dan menyokong penuh minat serta bakat putra-putrinya. "Mereka menata waktu sendiri. Kapan masa-masa ikut lomba taekwondo, kapan ikut robotik. Secara akademis, nilai mereka pun bagus," ungkapnya. 

Ia menyatakan tidak pernah memaksa kehendak anaknya. "Orangtua kadang memaksa anak untuk menjangkau tingkat tertentu, tapi anda sendiri memang mesti mengukur keterampilan anak," imbuhnya Ketika ditanya apa cita-citanya, Ocha menjawab hendak menjadi dokter spesialis anak. "Tapi alatnya gunakan robot seluruh gitu," imbuhnya. Ia pun menyuruh anak seusianya guna terus menambah bakat dan minatnya, laksana yang ia lakukan bareng sang adik. "Kalau kita mengerjakan sesuatu, mesti mengerjakan dengan banting tulang dan berdoa. Gak terdapat yang enggak mungkin dilaksanakan kalau anda punya niat", pungkas Ocha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar