Teknologi Terbaru 1 | Teknologi Digital Mulai Digunakan guna Perikanan Budidaya Nasional - Teknologi Terbaru 1 | Technology News 2 | News Technology 2

Breaking

About Me

Rabu, 15 Mei 2019

Teknologi Terbaru 1 | Teknologi Digital Mulai Digunakan guna Perikanan Budidaya Nasional

Seorang pekerja tengah memberikan makanan ikan di keramba jaring apung yang ada di Danau Toba. Foto: Ayat S karokaro/Mongabay Indonesia

Jakarta, Indonesia - Kemajuan zaman yang ditandai dengan revolusi industri 4.0, menjadi kendala yang besar untuk para pelaku usaha perikanan budidaya di Indonesia. Revolusi itu memaksa semua pelaku usaha guna terus berinovasi supaya bisa menambah kapasitas diri dan pun produk usaha yang sedang dan bakal dibudidayakan. Termasuk, pemakaian alat otomatis yang dikendalikan dari software buatan perusahaan rintisan (start up) yang mengembangkan sektor perikanan dan kelautan.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengatakan, upaya yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia guna menyongsong revolusi industri 4.0 ialah dengan menguatkan kapasitas diri semua pembudidaya ikan. Bentuk nyata dari upaya tersebut, ialah dengan menyusun kampung-kampung digital di semua Indonesia.

“Kampung tersebut dapat berbasis pada sekian banyak  komoditas tumpuan daerah masing-masing,” jelasnya, pekan kemudian di Jakarta.

Percontohan dari dusun digital tersebut, mulai dilakukan di Desa Krimun dan Desa Puntang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Di kedua desa tersebut, KKP mengerjakan inisiasi untuk para pembudidaya ikan yang konsentrasi pada pengembangan komoditas lele. Sementara, untuk pemakaian teknologi digital, dilaksanakan langsung oleh start up eFishery melewati alat pemberi pakan otomatis.


Penggunaan teknologi digital pada kedua desa tersebut, menurut keterangan dari Slamet menjadi yang kesatu kali di Indonesia. Adopsi teknologi digital tersebut, akan menciptakan kedua desa tersebut mengemban budidaya perikanan dengan merealisasikan sistem teknologi informasi melewati pemakaian perangkat pengendali pemberian pakan yang dikendalikan dari software pintar.

Melalui implementasi teknologi informasi, Slamet berharap, pembudidaya ikan di masa mendatang dapat lebih siap menghadapi persaingan, khususnya menghadapi revolusi industri 4.0 yang ketika ini sedang berlangsung di Indonesia. Dengan software digital, pembudidayaan dapat memanfaatkannya untuk menambah efisiensi usahanya sehingga penghasilan mereka meningkat.

Slamet menerangkan, dengan adopsi digital pada perikanan budidaya, tersebut akan dominan  positif karena dapat menaikkan nilai jual komoditas budidaya menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Di samping itu, dengan konsep digital, pembudidaya pun mendapatkan kepastian pasar, sarana dan prasarana usaha menjadi lebih efisien, serta fasilitas akses teknologi produksi.

“Itu akan menciptakan usaha budidaya semakin efisien, dan akhirnya penghasilan pembudidaya pun akan meningkat. Lewat revolusi digital, investasi juga dapat dilakukan secara daring (online), dan prosesnya dapat semakin efektif,” tuturnya.

Efisiensi Budidaya

Kemudahan yang diperoleh para pembudidaya ikan di masa sekarang, melewati revolusi industri 4.0, menurut keterangan dari Slamet, akan mengakibatkan efisiensi bekerja mereka menjadi lebih cepat dan singkat. Hal itu, sebab pembudidaya dapat mengunduh software digital yang dikembangkan start up pada telepon pintar mereka. Setelah itu, mereka dapat mengatur masa-masa dan jumlah pemberian pakan ikan melalui software tersebut.

“Penggunaan authomatic feeder ini di sistem budidaya air tawar akan menciptakan pemakaian pakan lebih tepat guna sehingga nilai rasio konversi ikan atau FCR (food convertion ratio) bisa ditekan. Itulah keunggulan dengan menggunakan software yang dikembangkan start up, laksana milik eFishery yang konsentrasi pada pengembangan bidang perikanan,” jelas Slamet.


Dengan pemakaian teknologi digital pada aplikasi, ia paling yakin bila permintaan terhadap komoditas lele bakal semakin meningkat. Saat ini saja, tanpa terdapat campur tangan dari teknologi digital, konsumsi lele di masyarakat terus bertambah dan menjadi primadona. Tak melulu itu, dengan teknologi digital, permintaan lele guna pasar ekspor pun akan semakin bertambah lagi.

Meski demikian, Slamet meminta semua pembudidaya ikan untuk dapat melaksanakan usaha budidaya ikan dengan memakai prinsip berkelanjutan. Dengan demikian, prinsip ramah lingkungan pada usaha itu akan tetap dijalankan dan berlanjut terus hingga kapan pun.

”Penataan area budidaya seperti penataan IPAL (instalasi pengolahan air limbah), sirkulasi terbit masuk air guna budidaya berkelanjutan mesti benar-benar diimplementasikan,” ucapnya.

Setelah penerapan teknologi dapat berjalan, Slamet mengingatkan untuk para pembudidaya ikan untuk dapat segera menyusun koperasi guna memperkuat kelembagaan ekonomi pembudidaya. Kehadiran koperasi, berikutnya akan paling bermanfaat untuk para pembudidaya ikan guna mengakses sekian banyak  fasilitas dan sokongan usaha yang disediakan Pemerintah dan lembaga finansial lain.

Tentang teknologi informasi yang kini berkembang dengan paling pesat, Slamet menyinggung kalau tersebut juga bakal dirasakan tidak sedikit manfaatnya oleh semua pembudidaya ikan, melulu jika itu dipakai dengan benar. Termasuk, guna mendapatkan informasi ketersediaan embrio unggul, pakan, sarana dan prasarana buatan perikanan budidaya.

“Teknologi informasi bisa mengefisienkan rantai distribusi, sampai-sampai harga jual di tingkat konsumen lebih murah dari pasar tradisional,” ucapnya.

CEO eFisher Gibran Huzaifah menjelaskan, pemakaian alat pemberi pakan otomatis yang dikendalikan dari aplikasi, bakal mewujudkan efisiensi pemakaian pakan pada usaha budidaya ikan. Keuntungan itu akan didapatkan, karena software akan menata pemberikan pakan dan jumlah takarannya secara otomatis. Semua itu, dapat dioperasikan secara sederhan dari telepon pintar.

“Itu yang menciptakan pemakaian pakan bakal menjadi jauh lebih irit jika dikomparasikan tanpa pemakaian aplikasi,” sebutnya.

Hemat Pakan

Sejak diperkenalkan pada 2013 atau nyaris enam tahun lalu, Gibran mengungkapkan bahwa ketika ini telah ada ratusan pembudidaya yang memanfaatkan software yang dirancang oleh start up bentukannya. Selama menggunakan software untuk mengontrol pemakaian pakan, semua pembudidaya, terutama pembudidaya lele diketahui sukses mengemban panen sampai empat kali dalam setahun.

Dengan kenyataan seperti itu, Gibran optimis bila industri perikanan budidaya nasional dapat lebih berkembang lagi di masa mendatang. Hal itu, sebab potensi perikanan budidaya nasional diketahui masih paling besar dan sokongan dari pembudidaya ikan pun sangat powerful dan mereka familiar akan keuletan serta menjadi di antara yang terbaik di dunia guna industri akuakultur.

“Oleh karena itu, saya yakin kita dapat menjadi pionir dalam implementasi teknologi dalam pekerjaan budidaya ikan,” ungkapnya.


Terpisah, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu Edi Umaedi menyampaikan, Kabupaten Indramayu pantas menjadi percontohan dusun perikanan digital sebab mempunyai lahan berupa empang budidaya air tawar yang lumayan luas yaitu 560,87 hektar. Dari luas tersebut, 58,68 persen atau 329,15 hektar dipakai untuk budidaya ikan lele yang sentranya terdapat di Kecamatan Losarang, Kandanghaur dan Sindang. Bagi produksi, pada 2018 Indramayu sanggup menjangkau angka 85.496,85 ton atau naik 79,15 persen dari 2017 yang melulu sanggup menjangkau 67.671,84 ton.

“Nilai produksinya pun bertambah dari Rp996.975.580.000 menjadi Rp1.336.963.249.000 atau naik 74,57 persen pada periode yang sama,” pungkasnya.

Di samping eFishery, start up beda yang pun ikut menyokong berjalannya revolusi industri 4.0 pada perikanan budidaya, ialah aplikasi Minapoli yang dibuat oleh seorang anak muda mempunyai nama Rully Setya Purnama. Berdasarkan keterangan dari dia, teknologi tersebut bertujuan guna memperluas dan memperkuat sekaligus sinergi jaringan industri perikanan.

“Minapoli berperan sebagai hub jaringan informasi dan bisnis perikanan Minapoli berperan sebagai hub jaringan informasi dan bisnis perikanan,” ucapnya.

Di samping Minapoli, teknologi beda yang ikut memeriahkan transformasi industri akuakultur di Indonesia, ialah Iwa-Ke, fisHby, Jala, InFishta dan Growpal. Iwa-Ke ialah aplikasi pemasaran pelbagai ikan laksana ikan nila merah, patin dan gurami. Adapun, sarana yang digunakan antara beda ojek daring, Iwa-Ke Depot, dan partner pembudidaya yang luasnya sudah menjangkau lebih dari 60 hektare dan jaringan pembudidaya di sekian banyak  provinsi.

Sementara, FisHby adalahstart up digital akuakultur guna menggalang duit yang dibutuhkan pembudidaya dan menyalurkannya cocok dengan perjanjian di awal. Kemudian, Jala ialah solusi bertambak udang yang menawarkan sistem manajemen terkini, dengan berbasis data, untuk menolong petambak menciptakan keputusan manajemen yang tepat menurut informasi aktual yang terjadi di tambak.

Dalam urusan investasi akuakultur, start up berbasis digital laksana InFishta dapat bertugas untuk mengerjakan pencarian modal invertasi perikanan untuk pembudidaya ikan. Terakhir, Growpal ialah start up yang menyerahkan peluang untuk menciptakan perubahan secara sosial melewati penanaman investasi dengan deviden yang menjanjikan di sektor perikanan dan kelautan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar